BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dimana terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Indonesia memiliki luas wilayah lautan sekitar 5,8 juta km2 atau sekitar 70% dari luas total teritorial Indonesia. Dengan potensi fisik ini, tentunya kita harus berbangga atas potensi ini, serta mampu mengelolanya dengan baik. Untuk mewujudkan sebuah negara maritim yang kuat bukanlah suatu hal yang mustahil mengingat potensi yang kita miliki terdiri atas perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta Km2 serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta Km2. Fakta tersebut menunjukkan bahwa prospek pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia dinilai sangat cerah dan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang strategis. Sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (bio-diversity) paling tinggi. Sumberdaya tersebut paling tidak mencakup 37% dari spesies ikan di dunia (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1994).
Di wilayah perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain : tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, ikan-ikan karang (kerapu, baronang, udang barong/lobster), ikan hias dan kekerangan termasuk rumput laut. Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan berperan sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output yang bernilai ekonomi masa kini maupun masa mendatang. Disisi lain, sumber daya perikanan bersifat dinamis, baik dengan ataupun tanpa intervensi manusia. Sebagai ilustrasi, pada sumber daya perikanan tangkap, secara sederhana dinamika stok ikan ditunjukkan oleh keseimbangan yang disebabkan oleh pertumbuhan stok
Di satu sisi, peran ekonomi dan sosial pemanfaatan sumberdaya ikan nampak masih sangat besar, sehingga telah memberikan ruang bagi pengembangan perikanan lebih luas khususnya perikanan laut yang secara kuantitafi produksinya mencapai lebih dari 70% total produksi ikan di Indonesia. Di sisi lain, kelangkaan dan kerusakan sumberdaya ikan dan habitatnya semakin meluas, yang dikhawatirkan pada gilirannya berimbas pada berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Menurut data FAO diperkirakan lebih dari 60% stok ikan dunia telah diekploitasi pada tingkat penuh sampai tingkat rusak (depleted), dan diantaranya tidak lebih dari 1% yang pulih kembali.
Tentu saja, untuk membangun perikanan secara berkelanjutan perlu kerjasama dari berbagi pihak untuk tidak menggulangi pengalaman kegagalan pengelolaan perikanan di Canada, ketika para politisi menyalahkan ahli perikanan karena berbagai temuan teknologinya, sebaliknya politisi juga dipersalahkan karena kebijakannya yang terus mendorong ke arah eksploitasi, dan pada gilirannya juga nelayan serta industri perikanan menjadi bagian dari saling menyalahkan. Pada satu titik, pengelolaan perikanan diharapkan tidak sampai melahirkan apa yang telah diperingatkan oleh Garret Hardin, empat dekade yang lalu, yang dikenal sebagai “the tragedy of the commons”. Walaupun apa yang ditulis Hardin telah banyak mendapat kritik, tetapi modelnya telah banyak berpengaruh dalam berbagai pengambilan kebijakan pengelolaan sumberdaya yang masih bersifat terbuka (open-access) termasuk diantaranya telah menjadi karakter perikanan. Tentu saja pengelolaan perikanan tidak diharapkan untuk selalu membatasi gerak gerik para pemanfaat sumberdaya, tapi diharapkan dapat menjadi acuan akan arah kemana sumberdaya ikan dimanfaatkan guna keberlanjutan bersama.
Dalam praktikum lapang mata kuliah ekonomi sumberdaya perairan yang dilaksanakan di pulau panjang. Bahwa kita ketahui Perairan Pulau Panjang ternyata memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan bagi kegiatan perikanan. Mulai dari kegiatan perikanan tangkap, budidaya sampai pada pengolahan hasil perikanan Salah satu komoditas perikanan tangkap utama yang dihasilkan dari Pulau Panjang adalah Rumput laut, ikan teri, cumi-cumi. Dari ketiganya yang dihasilkan di pulau Panjang memiliki kualitas ekspor. Selain itu, dengan kondisi perairan yang memiliki terumbu karang dan padang lamun yang cukup baik, pastilah perairan Pulau Panjang memiliki komoditas perikanan yang lengkap. Sementara itu, potensi budidaya yang telah berkembang dengan baik di Pulau Panjang adalah budidaya rumput laut. Rumput laut Pulau Panjang telah cukup dikenal baik, tidak hanya di wilayah Banten saja, akan tetapi dikenal juga di daerah-daerah lain di Indonesia. Dalam pada itu, potensi pengolahan hasil perikanan dapat berkembang dengan baik di Pulau Panjang. sehingga, bukan hal yang tidak mungkin jika potensi ini dikembangkan dengan baik, Pulau Panjang dapat menjadi sentra perikanan di wilayah Banten.
1.2. Identifikasi masalah
Berdasarkan kondisi geografis, wilayah perairan laut pulau panjang adalah sebuah pulau yang terletak di Teluk Banten. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. Sejak dulu pulau panjang dikenal sebagai kawasan budidaya rumput laut, hal ini terlihat dari kawasan perairan sekitar pulau yang disibukkan dengan aktifitas budidaya produk ini. Serta dari komoditi perikanan seperti ikan teri nasi, cumi-cumi merupakan komoditi unggulan di pulau panjang. Hal ang perlu kita lakukan adalah membina masyarakat setempat untuk meningkatkan produksi dan memperluas lahan budidaya karena nilai jualnya cukup tinggi. Bila lokasi ini dapat dikelola secara maksimal dan produksinya makin pesat maka dapat dijadikan contoh/pilot project untuk daerah dan pulau lainnya untuk mengembangkan produk yang sama sehingga produksi rumput laut di Banten terus meningkat. Jika dilihat dari luasnya perairan pulau panjang yang berada di Banten potensi kekayaan sumber daya alam sudah selayaknya sumber daya tersebut dikelola dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat umum dan secara khusus guna penduduk pesisir. Sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal.
1.3. Tujuan
Dalam penyusunan makalah praktikum lapang mata kuliah ekonomi sumberdaya perikanan yang dilaksanakan di pulau panjang terdapat tujuan yang diantaranya adalah menganalisa mengenai pengembangan dan pengelolaan potensi sumberdaya perikanan seperti rumput laut, ikan teri nasi dan cumi-cumi yang terdapat di pulau panjang. Serta dapat mengaplikasikannya dalam pengembangan potensi perikanan yang ada di Banten menjadi lebih terpadu dan berkelanjutan.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang terdapat dalam makalah praktikum lapang mata kuliah ekonomi sumberdaya perikanan antara lain :
a. Mahasiswa dapat mengetahui potensi perikanan yang terdapat di pulau panjang
b. Mengetahui proses-proses yang dilakukan para pembudidaya mulai dari bagaimana cara membudidayakannya, perawatan, pemanenan, pengolahan sampai pada pemasaran.
c. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan perekonomian sumberdaya perikanan yang terdapat di pulau panjang.
d. Mengaplikasikannya dalam pembangunan perikanan secara terpadu dan berkelajutan.
1.5. Waktu dan tempat
Praktikum lapang mata kuliah ekonomi sumberdaya perikanan dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu tanggal 18-19 Desember 2010 yang waktunya selama dua hari bertempat di Pulau Panjang. Dan diikuti oleh mahasiswa/i semester 3 dan semester 5 jurusan perikanan fakultas pertanian unversitas sultan ageng tirtayasa Banten.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Perikanan
Berdasarkan UUD no 32/2004 pasal i ayat 1 mengenai perikanan yaitu semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Umumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan makanan bagi manusia. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis).
Pengelolaan sumberdaya ikan adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan yang bertujuan agar sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan secara optimal dan mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan yang terus menerus. Penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.
2.1.1. Deskripsi rumput laut
Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Istilah "rumput laut" adalah rancu secara botani karena dipakai untuk dua kelompok "tumbuhan" yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut baik gulma laut dan lamun. Yang dimaksud sebagai rumput laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga ("ganggang"). Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Rumput laut memerlukan tempat menempel untuk kelangsungan hidupnya walaupun sebenarnya rumput laut tidak memiliki akar namun memiliki bagian yang menyerupai akar dan mempunyai fungsi untuk melekat, biasanya rumput laut menempel pada karang mati atau cangkang moluska, dapat juga menempel pada pasir atau lumpur. Rumput laut juga memerlukan sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Tidak seperti tumbuhan pada umumnya mendapatkan unsur hara dari tanah, rumput laut mendapat zat hara dari air disekelilingnya.
Di beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten. Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di antaranya adalah Euchema cottonii dan Gracilaria spp. Rumput laut adalah komoditas strategi sebagai sumber pangan sekaligus energi. Pasar dunia menanti pasokan lebih banyak dari Indonesia. Rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan salah satu negara eksportir penting di Asia karena rumput laut tumbuh dan tersebar hampir diseluruh perairan Indonesia. Rumput laut masih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah yaitu berupa rumput laut kering. Rumput laut yang ada di perairan Indonesia tidak semua bermanfaat bagi manusia. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah dan ganggang cokelat karena mengandung agar-agar, keraginan, porpiran, dan alginat. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2010) sebanyak 70% produksi bahan mentah rumput laut kering di ekspor ke China, Uni Eropa, dan Filipina. Pasar dalam negeri masih menyerap 30 persen bahan mentah rumput laut kering.
Jenis rumput laut yang dibudidayak di pulau panjang adalah jenis Eucheuma cottoni, Eucheuma spinosum, dan Gracillaria sp. Rumput laut jenis Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum mengandung karaginan dan jenis rumput laut Gracillaria sp. Mengandung agar-agar. Budidaya rumput laut di pulau panjang merupakan salah satu usaha alternatif dalam pengembangan dan pengolahan rumput laut serta dapat memberikan kontribusi terhadap pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut.
Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani hanya sampai pada penggeringan saja. Untuk mendapatkan rumput laut kering yang bermutu, maka beberapa aspek yang berpengaruh terhadap mutu rumput laut harus diperhatikan antara lain :
a. Pemanenan
Rumput laut dikatakan bermutu baik, jika mempunyai rendemen serta kekuatan gel yang tinggi Salah satu parameter yang sangat menentukan mutu rumput laut adalah umur panen.
b. Pengeringan
Setelah dipanen rumput laut harus segera dikeringkan, penundaan pengeringan akan menyebabkan terjadinya proses fermentasi yang berakibat menurunnya mutu karaginan yang dihasilkan. Pengeringan dapat dilakukan selama 2-3 hari.
c. Pengemasan dan Penyimpanan
Rumput laut yang telah kering selanjutnya dikemas dengan menggunakan kemasan berupa karung plastik atau goni yang bersih dan bebas dari bahan yang berbahaya. Setelah dikemas rumput laut dapat langsung dikirim untuk dijual atau disimpan dalam gudang yang bersih dan tidak lembab. Penempatan rumput laut dalam gudang diatur sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh diding gudang.
a) Eucheuma cottonii
Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Maka jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii. Nama daerah ‘cottonii’ umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional. Klasifikasi Eucheuma cottonii adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma cottoni
Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitaspencahayaan. Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari.
Umumnya Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati. Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan sabah (Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan keberbagai negara sebagai tanaman budidaya. Lokasi budidaya rumput laut jenis ini di Indonesia antara lain Lombok, Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan Perairan Pelabuhan Ratu dan Banten. Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 – 73 % tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.
b) Eucheuma spinosum
Rumput laut Eucheuma spinosum pertama kali dipublikasikan pada tahun 1768 oleh Burman dengan nama Fucus denticulatus Burma, selanjutnya pada tahun 1847 J. Agardh memperkenalkannya dengan nama Eucheuma J. Agardh. Dalam beberapa pustaka ditemukan bahwa Eucheuma spinosum dan Eucheuma muricatum adalah nama untuk satu spesies gangang. Dalam dunia perdagangan Eucheuma spinosum lebih dikenal dari pada Eucheuma muricatum. Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan filoginetik antara kelas secara khas digunakan komposisi plastida, pigmen, struktur karbohidrat dan komposisi dinding sel. Berdasarkan keterangan di atas maka Eucheuma spinosum termasuk ke dalam :
Kigdom : Plantae
Devisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Sub kelas : Florideae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma spinosum
Eucheuma spinosum tumbuh pada tempat-tempat yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, antara lain tumbuh pada perairan yang jernih, dasar perairannya berpasir atau berlumpur dan hidupnya menempel pada karang yang mati. Persyaratan hidup lainnya yaitu ada arus atau terkena gerakan air. Kadar garamnya antara 28-36 %. Dari beberapa persyaratan, yang terpenting adalah Eucheuma spinosum memerlukan sinar matahari untuk dapat melakukan fotosintesis. Bentuk dari tanaman ini tidak mempunyai perbedaan susunan kerangka antara akar, batang, dan daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang berbentuk bulat, silindris atau gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistem percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan kompleks. Jumlah setiap percabangan ada yang runcing dan ada yang tumpul. Permukaan kulit luar agak kasar, karena mempunyai gerigi dan bintik-bintik kasar.
Eucheuma spinosum memiliki permukaan licin, berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning, atau merah ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm. Eucheuma spinosum tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengn ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk. Eucheuma spinosum (ganggang merah), merupakan penghasil agar-agar.
c) Gracillaria sp.
Gracillaria sp. Adalah rumput laut yang termasuk pada kelas alga merah (Rhodophyta) dengan nama daerah yang bermacam-macam, seperti: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung, dongi-dongi, bulung embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe, bulung sangu dan lain-lain. Gracilaria sp. umumnya mengandung agar-agar sebagai hasil metabolisme primernya. Agar-agar diperoleh dengan melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas dan agar-agar batangan. Setelah menjadi agar-agar, kemudian agar-agar ini diolah menjadi berbagai bentuk pangan (kue), seperti pudding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophycophyta
Classsis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Species : Gracilaria sp.
Kandungan serat agar-agar relatif tinggi oleh karena itu agar-agar dikonsumsi pula sebagai makanan diet. Melalui proses tertentu agar-agar diproduksi pula untuk kegunaan di laboratorium sebagai media kultur bakteri atau kultur jaringan. ternyata beberapa jenis gracilaria banyak mengandung Iodium. Untuk jenis Gracillaria sp. Masih jarang dibudidayakan khususnya di pulau panjang.
2.1.2. Deskripsi teri nasi
Ikan teri (Stolephorus spp.) merupakan jenis ikan kecil yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti jenis ikan laut lainnya, ikan teri juga memiliki kandungan protein tinggi. Lubis (1987) mengatakan ikan sebagai bahan pangan mempunyai nilai gizi yang tinggi dengan kandungan mineral, vitamin, lemak tak jenuh dan protein yang tersusun dalam asam-asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh dan kecerdasan manusia. Ikan teri nasi (Stolephorus spp) umumnya tidak berwarna atau agak kemerahan. Sepanjang tubuhnya terdapat garis putih keperakan yang memanjang dari kepala hingga ke ekor. Ukuran tubuhnya relatif kecil sekitar 6 – 17,5 cm. Ikan teri nasi ini merupakan salah satu hasil produk perikanan. Ikan teri nasi ini sangat banyak digunakan manfaatnya. Sebagian besar dapat di manfaatkan sebagai makanan baik pada saat segar maupun kering. Ikan teri nasi ini umumnya hidup bergerombol, sampai ratusan atau bahkan ribuan individu. sehingga mudah dalam penangkapannya Komposisi dari teri nasi di antaranya mempunyai kandungan : kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi, fosfor, vitamin A, vitamin B, air, dan BBD. Oleh karena itu, ikan teri yang sudah ditangkap harus segera mendapat proses pengolahan, di antaranya melalui pengawetan. Berikut tata nama Ikan Teri Nasi menurut ilmu taksonomi :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub phylum : Vertebrae
Class : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Family : Engraulididae
Genus : Stolephorus
Species : Stolephorus, spp.
Semakin meningkatnya produksi ikan teri, maka diperlukan suatu penanganan pasca panen yang cepat yakni melalui pengawetan yang memadai agar nilai kenaikan produksi diperoleh tidak sia-sia. Pengawetan ini diperlukan untuk memperpanjang masa simpan ikan terutama di saat-saat musim ikan melimpah. Cara penanganan teri nasi dilakukan dengan cara antara lain :
a. Memeriksa Kesegaran Ikan
Melihat apakah ikan tersebut masih segar atau sudah rusak, karena tingkat kesegaran ikan sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri serta mutu ikan yang akan di hasilkan.
b. Penimbangan
Ikan di timbang dengan menggunakan alat penimbang untuk menentukan berat ikan yang akan di olah lalu dimasukkan dalam wadah (keranjang) atau wadah berlubang. Tujuan dari penimbangan ini adalah untuk dapat memudahkan dalam mengetahui jumlah garam yang diperlukan dalam proses penggaraman.
c. Pendinginan
Pendinginan adalah suatu proses pengawetan ikan dengan suhu rendah chiling (-1 sampai 50C) yang bertujuan untuk menghambat kegiatan dari mikroorganisme, proses-proses kimiadan proses fisis lainnya yang dapat mempengaruhi mutu. Cara termudah, praktis dan tidak membutuhkan biaya besar yaitu dengan penggunaan es batu.
d. Penyortiran
Memisahkan besar kecilnya ikan, jenis-jenis ikan, atau ikan yang baik dan ikan yang tidak baik. Hak ini dikerjakan untuk memperoleh mutu ikan yang sesuai dengan persyaratan.
e. Pengemasan
Cara pengemasan harus disesuaikan dengan jarak lokasi usaha ke konsumen. Yang terpenting yaitu mempertahankan keawetan ikan agar sampai di tangan konsumen masih dalam keadaan baik sehingga harganya tidak turun. Ikan yang sudah diolah, dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label. Kemudian dimasukkan ke dalam dos.
f. Penyimpanan
Suhu penyimpanan dapat diatur berkisar antara 0-5 0 C Setelah kering ikan-ikan kemudian disusun secara teratur di dalam keranjang yang telah dilapisi kertas. Selanjutnya keranjang tersebut diletakkan di dalam ruangan pendingin dengan ventilasi yang baik.
2.1.3. Deskripsi cumi-cumi
Cumi-cumi adalah kelompok hewan cephalopoda besar atau jenis moluska yang hidup di laut. Nama itu Cephalopoda dalam bahasa Yunani berarti "kaki kepala", hal ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari kepala. Seperti semua cephalopoda, cumi-cumi dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda. Akson besar cumi-cumi ini memiliki diameter 1 mm. Cumi-cumi banyak digunakan sebagai makanan. Klasifikasi cumi-cumi sebagi berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Sub kelas : Coleoidea
Ordo : Teuthida
Sub ordo : Decapodiformes
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp.
Salah satu jenis cumi-cumi laut dalam, Heteroteuthis, adalah yang memiliki kemampuan memancarkan cahaya. Organ yang mengeluarkan cahaya itu terletak pada ujung suatu juluran panjang yang menonjol di depan. Hal ini dikarenakan peristiwa luminasi yang terjadi pada cumi-cumi jenis ini. Heteroteuthis menyemprotkan sejumlah besar cairan bercahaya apabila dirinya merasa terganggu, proses ini sama seperti pada halnya cumi-cumi biasa yang menyemprotkan tinta.
Aneka jenis cumi-cumi pada umumnya biasa berukuran sekitar 5,1 cm, namun ada jenis cumi-cumi Architeuthis princeps atau cumi-cumi raksasa berukuran hingga lebih dari 15 m. Cumi-cumi raksasa ini sering ditemukan terdampar di sepanjang pantai Newfoundland. Sedangkan cumi-cumi yang biasa dikonsumsi oleh manusia adalah jenis Loligo Pealei"" dan tersebar di perairan Laut Tengah, Asia Timur, serta sepanjang pantai timur Amerika Utara.[2] Ada yang hidup di dekat dengan permukaan air, ada pula yang hidup di tempat yang dalam sekali atau palung laut. Total jenis cumi-cumi yang tersebar di seluruh bagian dunia, terdapat sekitar 300 spesies cumi-cumi yang berbeda.
Anatomi Semua cumi-cumi memiliki tubuh yang berbentuk pipa, kepala yang berkembang sempurna, dan 10 tangan yang panjang yang bermangkuk penghisap. Tangan-tangan ini berguna untuk menjerat mangsanya kemudian disobek menggunakan rahangnya yang kuat, mirip dengan paruh binatang. Cumi-cumi menghisap air melalui rongga pusat tubuhnya, rongga mantel, dan memaksanya keluiar melalui suatu pembuluh yang lentur yang disebut dengan sifon. Sifon terletak tepat di belakang tangan. Oleh karena pancaran air yang mendorong cumi-cumi berenang mundur. Makanan cumi-cumi hidup sebagai pemangsa ikan dan binatang laut lainnya yang lebih kecil dari ukuran si cumi-cumi.
2.2. Harga
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.
Tujuan penetapan harga antara lain : Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal. Mempertahankan perusahaan dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan. Menggapai ROI (Return on Investment). Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan mempercepat tercapainya modal kembali / roi. Menguasai pangsa pasar dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di pasaran. Mempertahankan status quo, Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.
Cara / teknik / metode penetapan harga produk antara lain : Pendekatan permintaan dan penawaran (supply demand approach) dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pendekatan biaya (cost oriented approach) menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis. Pendekatan pasar (market approach) merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain.
Pada jenis produk rumput laut dipasaran secara umum harga dalam bentuk bahan baku Rp 5.000/kg, namun jika diolah harga naik berkali lipat. Sebagai contoh, harga dalam bentuk chip atau ekstrak rumput laut US$ 3,1 atau sekitar Rp 29.140/kg. Jika diolah menjadi tepung karaginan, harga rumput laut bisa mencapai US$ 10 atau sekitar Rp 94.000/kg.
Dan rata-rata harga per unit untuk jenis rumput laut Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum harga dipasaran sektar Rp. 17.000/kg. sedagkan harga rumput laut yang ada dipulau panjang sebesar Rp. 13.000kg untuk pasar local dan untuk eksport bias mencapai Rp. 45.000/kg
Dan rata-rata harga per unit untuk jenis rumput laut Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum harga dipasaran sektar Rp. 17.000/kg. sedagkan harga rumput laut yang ada dipulau panjang sebesar Rp. 13.000kg untuk pasar local dan untuk eksport bias mencapai Rp. 45.000/kg
Kemudian untuk jenis ikan teri nasi dipasar umum harganya mencapai harga rata-rata teri nasi basah untuk satu rombong berkisar Rp 45.000-50.000/kg. sedangkan untuk harga teri nasi tawar dipasaran dapat mncapai Rp. 100.000/kg. dan apabila dibandingkan dengan harga ikan teri dipulau panjang yaitu untuk teri nasi basah harganya mencapai 20.000/kg dan untuk teri tawar harganya yaitu Rp. 90.000/kg
Pada jenis produk perikanan cumi-cumi harga dipasaran yaitu dapat mencapai Rp. 50.000/kg sedangkan untuk harga cumi-cumi yang terdapat dipulau panjang harganya mencapai Rp. 30.000/kg.
2.3. Peluang pasar
Suatu hal yang dapat membantu Anda dalam menilai peluang pasar adalah informasi. Informasi yang lengkap dan akurat dapat membantu Anda dalam pengambilan keputusan, adalah : menemukan pasar yang menguntungkan. memilih produk atau jasa yang dapat dijual. menentukan perubahan dalam perilaku konsumen. meningkatkan teknik-teknik pemasaran. merencanakan sasaran yang realistik. meramalkan untuk masa yang akan datang. Faktor penting dalam keberhasilan atau kegagalan dari strategi pemasaran adalah apakah elemen strategi pemasaran tersebut konsisten dengan realita dari lingkungan eksternal perusahaan. Langkah awal dalam mengembangkan rencana pemasaran strategis adalah memantau dan menganalisis peluang serta tantangan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor luar perusahaan. Selain itu faktor yang sangat penting dalam peluang pasar yaitu adanya pemasaran. Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu : konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial, dan konsep pemasaran global. Sedangkan manajemen pemasarn yaitu sebagai kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasiknan yang meliputi pendistribusian barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat dipasar agar tujuan utama dari pemasaran dapat tercapai. Sistem pemasaran yang paling sederhana terdiri dari dua unsur yang saling berkaitan, yaitu organisasi pemasaran dan target pasarnya. Macam – macam sistem pemasaran yaitu : Sistem pemasaran dengan saluran vertikal, Pada sistem ini produsen, grosir, dan pengecer bertindak dalam satu keterpaduan dengan tujuan Mengendalikan perilaku saluran dan mencegah perselisihan antara anggota saluran. Sistem pemasaran dengan saluran horizontal, Pada sistem ini, ada suatu kerjasama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabung untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul. Sistem pemasaran dengan saluran ganda, Pada sistem ini beberapa gaya pengeceran dengan pengaturan fungsi distribusi dan manajemen digabungkan, kemudian dari belakang dipimpin secara sentral.
Peluang pasar dengan komoditi perikanan seperti rumput laut, ikan teri nasi dan cumi-cumi yaitu untuk jenis rumput laut peluang pasarnya terhadap dunia pemasaran sangat rendah. Karena, untuk mendapatkan jenis rumput laut tawar atau basah harus memerlukan waktu 1 sampai 2 hari untuk proses penjemurannya. Sehingga peluang pasar jenis rumput laut menjadi rendah. Padahal permintaan terhadap rumput laut sangat tinggi. Sedangkan untuk jenis kan teri nasi peluang pasarnya sedang. Sebab ikan teri nasi permintaan relatif rendah. Dikarenakan harganya yang mahal. Dan untuk cumi-cumi peluang pasar jenis perikanan ini yaitu sangat meningkat. Sebab apabila stok sedikit permintaan pasar banyak dan pada saat musimnya permintaan terhadap cumi-cumi tidak menurun atau permintaannya stabil.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Potensi perikanan
Pulau panjang, adalah sebuah pulau kecil yang terletak di teluk Banten. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah kabupaten Serang, Banten. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil yang berlokasi di perairan Teluk Banten dan satu-satunya pulau yang berpenduduk. Untuk mencapai Pulau Panjang dapat ditempuh dari tempat penyeberangan umum yang terletak dikecamatan Bojonegara dengan menggunakan kapal bermoto empel selama kuranglebih 30 menit. Bagian pulau yang menghadap ke laut lepas merupakan daerah abrasi yang cukup potensial, terutama dengan makin sedikitnya tumbuhan mangrove (bakau). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Arc View dari peta dasar, Pulau Panjang mempunyai hamparan gosong karang kurang lebih 92,2393 Ha. Selain itu berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Kiswara (1999) Pulau Panjang mempunyai padang lamun (seagrass) seluas lebih kurang 37 Ha. Mata pencaharian penduduk pulau panjang umumnya adalah sebagai nelayan, yaitu sebagai nelayan tangkap dengan menggunakan payang dan nelayan budidaya rumput laut.
Nama: | Pulau Panjang |
Alamat: | Kab. Serang |
Latitude: | 13 |
Longitude: | 11 |
Kota/Kabupaten: | Kabupaten Serang |
Jenis Objek: | Pulau |
Keyword: | pulau panjang |
Status Potensi: | Tergali |
Potensi perikanan yang terdapat dipulau panjang yaitu rumput laut, ikan teri nasi dan cumi-cumi. Banyaknya permintaan pasar untuk rumput laut, iakn teri nasi dan cumi-cumi mengakibatkan pesatnya perkembangan produksi perikanan yang ada di pulau panjang. Seperti budidaya rumput laut yang dilakukan penduduk pulau panjang. Sejak dulu Pulau Panjang dikenal sebagai kawasan budidaya rumput laut, hal ini terlihat dari kawasan perairan sekitar pulau yang disibukkan dengan aktifitas budidaya produk ini. Yang perlu kita lakukan adalah membina masyarakat setempat untuk meningkatkan produksi dan memperluas lahan budidaya karena nilai jualnya cukup tinggi. Bila lokasi ini dapat dikelola secara maksimal dan produksinya makin pesat maka dapat dijadikan contoh/pilot project untuk daerah dan pulau lainnya untuk mengembangkan produk yang sama sehingga produksi rumput laut di Banten terus meningkat. Serta produksi ikan teri nasi dan cumi-cumi kedepannya semakin meningkat pula.


3.1.1. Hasil praktikum lapang rumput laut di pulau panjang
a. Cara budidaya rumput laut di pulau panjang
Lokasi budidaya rmput laut di pulau panjang harus memenuhi syarat antara lain tempat untuk budidaya/lahan dengan kedalaman 6-10 m, sirkulasi air bagus, berada di pinggir atau di tengah, dasarnya terdiri dari pasir atau pasir berlumpur cocok untuk budidaya rumput laut dengan sistem tali gantung. Sistem budidaya rumput laut yang dilakukan oleh nelayan Pulau Panjang merupakan sistem tali gantung dan species yang dibudidayakan adalah Eucheuma cootonii dan Eucheuma spinosum.Umumnya satu orang nelayan budidaya mempunyai luasan sekitar 0,25 Ha yang biasa ditanami dengan sekitar 100 tali atau jalur. Dalam satu tahun, penanaman rumput laut ini dapat dilakukan sebanyak 5-6 kali, tergantung dari kondisi perairannya. Asal lokasi tangkapan pulau panjang. Bahan dan alat yang digunakan dalam budidaya rmput laut yaitu bibit Eucheuma cootonii dan Eucheuma spinosum, tali, patok, pemberat, pelampung dan alat-alat untuk memasangnya.
Cara penanaman Tali untuk budidaya direntangkan pada dua potong bambu, selanjutnya bambu pertama di letakkan di atas konstruksi yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan bambu kedua menggantung hampir menyentuh dasar perairan dan dipasang pemberat dari bongkahan batu karang. Dalam kerangka potongan bambu yang menggantung terdapat rentangan tali jalur dan pada masing-masing tali jalur terdapat gantungan tali yang telah dipenuhi oleh bibit rumput laut (beberapa potong thallus). Masing-masing bibit mempunyai berat 100 g. Potongan thalus diikat dengan tali rapia dengan jarak masing-masing sekitar 25-30 cm. Pada tali jalur umumnya dipasang pelampung dari potongan-potongan stereofoam dan juga bekas botol air kemasan.
Pemeliharaan untuk rumput lautnya sendiri biasanya berupa pembersihan dari kotoran dan debu terutama pada saat kondisi laut tenang. Pembersihan dilakukan dengan cara menggoyang-goyangkan makroalga tersebut, selain itu jika ada tumbuhan lain yang menempel segera di bersihkan. Nelayan pembudidaya rumput laut di Pulau Panjang biasanya mulai memanen Rumput laut pada 40-50 hari setelah masa tanam. Rata-rata hasil tangkapan perhari sebanyak 40 ton.
b. Membuat prodak rumput laut tawar
Cara pembuatan rumput laut kering/tawar yaitu dengan cara usia pemanenan sekitar usia 45-50 hari setelah masa tanam. Lalu lakukan pencucian dengan menggunakan air laut. Setelah itu dilakukan perndaman dengan menggunakan kapur, kapur berfungsi untuk menghilangkan bau anyir/amis dan mempercepat rumput laut menjadi warna putih. Kapur sendiri terbuat dari batu karang bandos yang dibakar. Perendaman dilakukan selama 5 menit. Perbandingan kapur 1 kg dengan air sebanyak 150 liter.
Kemudian lakukan penjemuran min 10 menit diatas para-para. Rumput laut tawar biasa di pasarkan pada pasar local maupun di eksport, dengan ketentuan untuk pasar local kekeringannya mencapai 70% dengan harga Rp. 13.000/kg. dan utuk eksport kekeringannya mencapai 90% dengan harga Rp. 45.000/kg. pengemasan untuk eksport dengan cara rumput laut dimasukan ke karung atau karton yang kemudian di press.
c. Membuat prodak rumput laut asin
Cara pembuatan rumput laut asin yaitu dengan cara usia pemanenan sekitar usia 45-50 hari setelah masa tanam. Lalu lakukan pencucian dengan menggunakan air laut. Kemudian lakukan penjemuran min 3 hari diatas para-para. Dengan kadar air untuk rumput laut asin min 35%. Harga untuk rumput laut asin Rp. 12.000/kg. Rumpu laut asin biasa mensupplaynya ke Surabaya , Bekasi (PT. Gumindo).
d. Tingkat persediaan Rumput laut
Tingkat persediaan rumput laut jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum relative stabil. Karena permintaan pasar terhadap rumput laut sangat banyak. Sehingga untuk stok rumput laut tidak begitu memperhatikan.
e. Peluang pasar
Peluang pasar di pulau panjang masih rendah. Karena memerlukan waktu satu sampai dua hari untuk ke pasar. Dikarenakan proses penjemuran rumput laut. Sebenarnya peluang pasar rumput laut sangat terbuka lebar baik di dalam negri bahkan rumput laut dapat di pasarkan ke berbagai negara baik kawasan Asis maupun eropa karena permintaan terhadap rumput laut sangat banyak.
f. Pasar tujuan
Pasar tujuan yang menjadi tujuan utama dalam pemasaran rumput laut adalah pasar lokal, rumput laut jenis produk rumput laut asin juga mensupplaynya ke PT. Gumindo dan mengeksport rumput laut ke singapura untuk jenis rumput laut tawar.
g. Kendala pemasaran
Kendala pemasaran dalam rumput laut yang ada di pulau panjang yaitu tidak ada. Karena, semakin kedepan permintaan pasar terhadap rumput laut semakin meningkat khususnya jenis rumput laut Eucheuma cottonii.
h. Alternatif mengatasi terhadap rumput laut
Alternatif mengatasinya terhadap rumput laut yaitu dengan melakukan study banding. Dengan tetap mempertahankan kualitas. Misalnya dengan cara menjual rumput laut sesuai dengan harga dipasaran. Serta servise marketing yang artinya lebih memuaskan pelanggan.
i. Kendala pada saat budidaya rumput laut di pulau panjang
Kendala yang dihadapi pada saat budidaya rumput laut yaitu dari faktor pembibitan serta faktor lokasi yang harus memperhatikan kondisi geografis perairan di pulau panjang.
3.1.2. Hasil praktikum lapang ikan teri nasi di pulau panjang.
- Cara penangkapan ikan teri nasi di pulau panjang
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri nasi dipulau panjang adalah paying dan bagan, tapi alat tangkap dengan ikan teri yang menduduki urutan hasil tangkapan pertama adalah Bagan. Alat tangkap bagan ini dikenal dengan nama jarring angkat (lift net), yang berdasarkan bentuk dan cara pengoperasiannya dibagi menjadi tiga macam, yaitu bagan tancap (stationary lift net), bagan rakit (raft lift net) dan bagan perahu (boat lift net). Opersional bagan dilalukan pada malam hari dengan bantuan lampu.
Nelayan di Pulau panjang umumnya menangkap ikan teri dengan menggunakan bagan tancap. Pengoperasian bagan ini dilakukan pada malam hari dengan bantuan lampu petromaks. Rata-rata hasil tangkapan ikan teri nasi sebanyak 4 kwintal perhari. Harga teri nasi kering/tawar mencapai Rp. 90.000/kg. Sedangkan untuk teri nasi basah yaitu Rp. 20.000/kg.
b.Pengemasan eksport ikan teri nasi beku
Cara pengemasan ikan teri nasi beku untuk eksport adalah dengan caramemilih ikan yang masih jernih, dengan kualitas yang bagus. Rangka ikan teri masih telihat 95%. Lakukan proses penjemuran. Setelah itu dilakukan proses blor dengan cara dikipaskan fungsinya supaya kotoran yang terdapat pada ikan teri nasi keluar. Kemudian di dinginkan. Setelah itu masukkan kedalam plastik dan karton, berat setiap karton yang berisi ikan teri nasi beku yaitu 60kg. Harga ikan teri nasi beku mencapai Rp. 200.000/kg. Pengeksporannya ke negara Korea dan Jepang.
c. Pasar tujuan
Pasar tujuan yang menjadi tujuan utama dalam pemasaran ikan teri nasi adalah pasar lokal, dan untuk jenis ikan teri nasi tawar khusunya di eksport ke Negara Korea dan Jepang.
d. Peluang pasar
Peluang pasar terhadap ikan teri nasi peluang pasarnya besar. Karena, dalam memasarkan ikan teri nasi basah hanya memerlukan waktu kurang dari 3 jam sampai ketempat pelelangan. Sedangkan untuk jenis ikan teri nasi kering/tawar peluang pasarnya rendah. Karena, memerlukan waktu 1 sampai 2 hari untuk sampai ketempat pelelangan.
e. Kendala pemasaran
Kendala pemasaran yang dihadapi oleh ikan teri nasi yaitu permintaan pasar lokal terhadap ikan teri nasi rendah. Karena, harganya yang mahal. Serta permintaan konsumen relatif terbatas.
f. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan untuk ikan teri nasi yaitu relatif terbatas. Karena harganya yang juga relatif terbatas.
g.Alternatif mengatasi
Alternatif masalah yang dihadapi pada produk ikan teri nasi adalah dengan mensupplay ikan teri nasi menjadi produk ikan teri nasi beku ke negara-negara seperti Korea dan Jepang.
3.1.3. Hasil praktikum lapang cumi-cumi di pulau panjang
a. Cara penangkapan cumi-cumi
Cara penangkapan cumi-cumi yang dilakukan di pulau panjang yaitu asal lokasinnya terdapat di pulau panjang. Alatnya menggunakan alat waring yang berupa kelambu/jaring. Metode yang digunakan yaitu sistem bagan menghanyut yang disesuaikan dengan arah arus. Cara mengoperasikannya yaitu bagan tersebut di taruh dan selama 30 menit sekali bagan tersebut diangkat. Lamanya waktu beroperasi selama 10 jam. Biaya operasinalnnya dalam satu kali operasi yaitu sebesar Rp. 500.000. rata-rata hasil tangkapan 1 ton perhari. Harga cumi-cumi mencapai Rp. 30.000/kg.
b. Pasar tujuan
Pasar tujuan yang menjadi tujuan dari cumi-cumi yaitu pasar lokal seperti tempat pelelangan ikan yang terdapat dikarangantu dan pasar-pasar lokal lainnya.
c. Peluang pasar
Peluang pasar untuk komoditi cumi-cumi yang terdapat dipulau panjang yaitu sangat tinggi. Karena, pemasarannya dibutuhkan kurang dari 3 jam cumi-cumi untuk sampai ketempat pelelangan ikan.
d. Kendala pemasaran
Kendala pemasaran yang dihadapi pada jenis cumi-cumi ang terdapat dipulau panjang yaitu apabila stok sedikit maka permintaan pasar sangat banyak. Sedangkan apabila cumi-cumi sedang pada musimnya permintaan konsumen terhadap cumi-cumi tidak menurun artinya stabil.
e. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan terhadap cumi-cumi yang terdapat dipulau panjang yaitu relatif meningkat. Karena stok cumi-cumi untuk permintaannya dipasaran sangat banyak.
f. Alternatif mengatasi
Alternatif mengatasi maslah yang dihadapi pada produk cumi-cumi yaitu dengan tetap mempertahankan mutu dan kualitas dari cumi tersebut.
3.2. Mekanisme terjadinya harga
Mekanisme terjadinya harga yang terjadi dipulau panjang terhadap komoditi perikanan seperti rumput laut, ikan teri nasi dan cumi-cumi yaitu harga penawarannya relatif stabil. Karena seperti yang kita ketahui tingkat perekonomian yang terjadi dipulau panjang sudah mulai mengalami peningkatan yang relatif tinggi. Diseabkan oleh para nelayan baik pembudidaya rumput laut mapun nelayan tangkap sudah mempunyai sarana dan fasilitas yang mendukung dalam pengoperasiannya. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para nelayan dan pembudidaya tidak perlu lagi membutuhkan tengkulak. Disamping itu memang keberadaan tengkulak di pulau panjang memang tidak ada. Dan campur tangan pemerintah terhadap komoditi perikanan yang terdapat dipulau panjang sudah mulai terrealisasikan dan berjalan dengan baik.
Dan bila dilihat kepada komoditi rumput laut seperti yang kita ketahui bahwa permintaan terhadap rumput laut sangat banyak. Dan kedepannya rumput laut jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum terhadap pemasarn baik lokal maupun untuk supplay dan eksport memberikan nilai positif bagi kemajuan produk rumput laut yang berada dipulau panjang. Disamping itu permintaan akan rumput laut kedepannya akan sangat meningkat. Sedangkan mekanisme harga yang terjadi pada ikan teri nasi dan cumi-cumi pemasarannya yaitu cukup stabil. Karena permintaan dipasar akan komoditi ikan teri nasi dan cumi-cumi cukup banyak. Selain itu juga jenis ikan teri nasi dieksport ke negara-negara lain seprti Korea dan Jepang.
3.3. Peluang pasar ikan
Peluang pasar untuk komoditi perikanan yang terdapat dipulau panjang seperti rmput laut, ikan teri nasi dan cumi-cumi yaitu relatif stabil. Bila dilihat dari permintaan dari ketiga jenis komoditi perikanan yang terdapat dipulau panjang. Untuk jenis rumput laut peuang pasarnya relatif rendah karena memerlukan waktu 1 sampai 2 hari untuk sampai ketempat pelelangan. Dan apabila dilihat dari permintaanya terhadap umput laut dipasaran sangat tinggi khususnya jenis Eucheuma cottonii. Dan untuk ikan teri nasi peluang pasar terhadap permintaan relatif rendah. Dikarenakan harganya yang cukup mahal terhadap ikan teri nasi serta permintaan konsumen relatif terbatas. Dan untuk jenis perikanan cumi-cumi peluang pasar terhadap permintaan pasar yaitu apabila stok sedikit maka permintaan sangat banyak. Sedangkan apabila cumi-cumi sedang musimnya permintaan terhadap cumi-cumi tidak menurun artinya stabil.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum lapang mata kuliah ekonomi sumberdaya perikanan dipulau panjang, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Potensi perikanan yang terdapat dipulau panjang sangat optimal dan berkembang baik terhadap kemajuan tekhnologi yang sedang berkembang.
2. potensi perikanan yang terdapat dipulau panjang seperti Budidaya rumput laut, ikan teri nasi dan cumi-cumi yang dapat meningkatkan perekonomian penduduk dan pemasukan bagi devisa negara.
3. Budidaya rumput laut khususnya jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum dipulau panjang memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap sekrot perikanan.
4. Peluang pasar yang terdapat dipulau panjang dari komoditi perikanan seperti rumput laut, ikan teri nasi dan cumi-cumi relatif stabil. Karena permintaan untuk komoditi ini cukup tinggi.
5. Pengelolaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang terdapat dipulau panjang harus berdasarkan pada konsep pemeliharaan secara terpadu dan berkelanjutan.
6. Sektor perikanan yang terdapat dipulau panjang sangat baik dan memberikan nilai positif bagi kehidupan masyarakat pesisir dipulau panjang.
4.2. Saran
Berdasarkan praktikum lapang mata kuliah ekonomi sumberdaya perikanan yang dilaksanakan dipulau panjang dapat disarankan yaitu dalam pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan harus berdasarkan konsep berkelanjutan guna dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Perlu dilakukan pemantauan sepanjang tahun terhadap kualitas perairan pada lokasi budidaya rumput laut serta daerah penagkapan (fishing ground) untuk teri nasi dan cumi-cumi. Dan selalu menerapkan konsep ramah lingkungan dalam melakukan aktivitas perikanan yang terdapat dipulau panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar